Jumat, 15 April 2011

Mengapa KBS Terus Terpuruk?

Laporan: Virginia L. Gunawan
Sering disorot dengan berita-berita miring membuat masyarakat bertanya, seberapa terpurukkah Kebun Binatang Surabaya (KBS)? Kasus perebutan manajemen dalam internal KBS, kematian satwa langka, dan yang terbaru, hilangnya tiga ekor komodo menjadi gunjingan masyarakat terhadap kebun binatang yang pernah menjadi kebun binatang terbesar di Asia Tenggara ini.


Ditemui tim Berita Asik, Humas KBS, Agus Supangkat menjelaskan tentang minimnya dana yang diperoleh KBS. “Dalam satu tahun, pemasukan KBS kurang lebih 15 miliar. Tapi pengeluaran kami mencapai satu hingga 1,2 miliar perbulannya.” Sembilan puluh lima persen pendapatan KBS diperoleh dari tiket masuk, sedangkan sejak merebaknya wabah flu burung pada tahun 2005, pengunjung KBS menurun.

Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 tidak hanya berdampak pada manusia, hewan pun merasakan akibatnya. Beberapa perusahaan pendukung KBS seperti Pelindo III, Maspion, Akzo Nobel dan lainnya memilih untuk menghentikan program orang tua angkat atas beberapa satwa di KBS. Otomatis, KBS harus menanggung kembali biaya operasional pemeliharaan satwa-satwa tersebut.

Lebih mengenaskan lagi, janji manis pemerintah untuk memberikan subsidi pun tak kunjung turun. September 2010, Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan mengunjungi KBS dan berencana memberikan bantuan sebesar Rp 5-10 miliar rupiah. Sampai sekarang, dana tersebut belum diterima KBS.

Selain masalah dana, Agus juga menjelaskan adanya kesimpangsiuran bentuk lembaga yang menaungi KBS saat ini. “Menurut Keputusan Menteri nomor 53/2006, KBS harus dikelola dalam bentuk perseroan terbatas (PT) atau badan usaha milik daerah (BUMD). Sementara sampai saat ini, KBS dikelola dalam bentuk yayasan.” Penelurusan tim Berita Asik menemukan bahwa jika dikelola dalam bentuk PT atau BUMD, aset pemkot di KBS, seperti tanah seluas 15 hektar tempat KBS berdiri, akan lebih mudah dikembalikan. Selain itu, laba bersih yang diperoleh akan dikenai pajak jika manajeman pengelolaan berbentuk PT.

Saat ini, KBS mencoba bertahan dengan apa yang mereka miliki. Harga tiket masuk sebesar 15 ribu rupiah dengan rata-rata pengunjung perbulan 48 ribu orang hanya menutupi setengah pengeluaran operasional KBS. Pertunjukkan aneka satwa serta aktivitas permainan bersama satwa pun tidak lagi semenarik dulu. Dalam keterpurukan, KBS masih mencoba menjalankan visi konservasi, pendidikan, penelitian, dan rekreasi. Mencoba menyelamatkan alam yang tidak bisa menyelamatkan diri mereka sendiri. (jin/51408001)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar