Kamis, 14 April 2011

Kematian Satwa KBS Dibesar-besarkan

“Berita tentang tingginya tingkat kematian di KBS hanya berita yang dibesar-besarkan,” kalimat ini dengan lugas dinyatakan oleh Humas KBS, Agus Supangkat (8/4). Ia menegaskan isu tersebut hanyalah alat bagi kedua pihak yang berkonflik dalam tubuh Perkumpulan Flora dan Fauna, pengelola lama Kebun Binatang Surabaya.

Hingga tahun 2010, pengelolaan Kebun Binatang Surabaya berada di bawah Perkumpulan Flora dan Fauna. Konflik yang terjadi di dalam perkumpulan tersebut, antara pemimpin lama dan pemimpin baru, berimbas pada keluarnya berita negatif tentang tingginya tingkat kematian satwa di KBS.
“Tingkat kematian itu hanyalah berita yang dibesar-besarkan oleh pihak yang saling menjatuhkan,” tegas Agus Supangkat, “standar operasional tetap dan hewan yang mati memang dalam kondisi tua.”
Saat ini KBS menjadi kebun binatang terbesar di Indonesia yang menampung sekitar 4200 populasi dan 250 spesies satwa. Sebesar 80% dari populasi adalah satwa yang dilindungi. Tingkat kematian berkisar antara 20-30 ekor per bulan.
“Tingkat kematian tersebut wajar mengingat populasi satwa di dalam KBS juga tinggi, “ ungkap Agus lagi. Sayangnya, berita negatif berpengaruh pada penurunan jumlah pengunjung per tahun 2011.
Konflik yang berkepanjangan akhirnya membuat pengelolaan KBS diambil alih oleh tim pengelola sementara di bawah pimpinan Tony Sumampau. Pengalihan ini dimulai dari tanggal 22 Februari 2010 hingga batas yang belum ditentukan. Pengalihan ini pun akhirnya menunda rencana konservasi dan pengembangan KBS.
“Masalah efisiensi kerja, sumber daya, dan renovasi masih harus menunggu hingga pengelolaan berada di tangan yang sah,” ujar Agus.

Minim dana
Pengelolaan KBS juga tersendat karena masalah dana. Sedikitnya KBS mengeluarkan biaya hingga Rp 1 – 1.5 miliar untuk operasional dan gaji pegawai. Sementara itu, pemasukan per tahunnya sebesar Rp 15 miliar. Sebesar 95% pemasukan berasal dari pengunjung, sisanya berasal dari penjualan souvenir serta pemanfaatan hewan (atraksi).
“Jumlah pemasukan kami sangat mepet dengan pengeluarannya,” kata pria berumur 41 tahun tersebut.
KBS telah beberapa kali menggalang kerjasama dengan perusahaan besar, baik berupa barter, sumbangan, maupun orang tua asuh. Namun kegiatan tersebut saat ini terhenti. Subsidi dari Pemerintah Kota dan Menteri tak kunjung dikucurkan. KBS pun kembali menggantungkan nasib mereka pada jumlah pengunjung.(vas)

diposting oleh :
vassilisa agata 51408041

Tidak ada komentar:

Posting Komentar